Andi Abbas Juni 05, 2022 2 min read
MAKASSAR, Sul-Sel. FAJAR INDONESIA NEWS.ID— Perkembangan bisnis usaha kosmetik dari waktu ke waktu semakin meningkat beberapa tahun terakhir. Dan bukan hal yang baru bagi pelaku usaha, termasuk pelaku bisnis kosmetik untuk melakukan perizinan yang wajib dimiliki agar bisnis tersebut dapat beroperasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pasalnya, salah satu kasus produk Malebbi Kosmetik yang saat ini viral di media sosial serta diduga tidak memiliki Surat Ijin Edar Produksi (SIP) dari Dinkes Provinsi Sulsel dan BPOM. Minggu 05/06/2022.
Dari informasi yang dihimpun media diketahui bahwa saat ini Tim Devisi Poros Rakyat sementara dalam penelusuran keberadaan serta tempat tinggal owner Malebbi Cosmetic untuk konfirmasi serta klarifikasi terkait pemberitaan bahwa diduga tidak memiliki ijin edar dan tak berlebel BPOM tersebut. Namun sampai saat ini diketahui bahwa Hj. Thuty Pemilik atau Owner Malebbi Cosmetic belum bisa dikonfirmasi.
Melalui Humas Poros Rakyat Indonesia Iksan Mapparenta lagi lagi menghimbau “Agar kiranya Pihak Dinas Kesehatan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) provinsi sulawesi selatan, serta BPOM agar kiranya dapat bekerja maksimal dan ketat dalam pengawasan kepada para owner kosmetik nakal,” imbuhnya.
Ditambahkannya, Iksan Mapparenta mengatakan bahwa “Owner Malebbi Kosmetik yang memperjual belikan produknya berbagai macam merk itu diduga ilegal sebab tidak memiliki tanda lebel BPOM, dan belum tentu pula memiliki ijin Logo atau Label Produk dari instansi terkait misal dari Kanwil Kemenkumham. Dan ini telah melabrak aturan Ketentuan PBPOM No.12/2020. Artinya, izin edar merupakan syarat utama untuk melakukan kegiatan jual beli barang kosmetik. Peraturan BPOM Nomor 12 Tahun 2020 tentang Tata Cara Pengajuan Notifikasi Kosmetika (PBPOM No. 12/2020) mengatur dalam Pasal 4 bahwa pelaku bisnis usaha wajib melakukan memiliki izin edar berupa notifikasi.” Terangnya.
Dan selanjutnya, Humas Poros Rakyat Indonesia (Iksan Mapparenta) memaparkan bahwa “Permohonan notifikasi menurut ketentuan Pasal 6 PBPOM No.12/2020 terdiri atas:
“Industri Kosmetika yang berada di wilayah Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
Usaha Perorangan/badan usaha di bidang Kosmetika yang melakukan kontrak produksi dengan industri Kosmetika yang berada di wilayah Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; atau Importir yang bergerak di bidang Kosmetika sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Nah itu dia perizinan khusus yang wajib kalian cermati bagi para pelaku bisnis usaha kosmetik atau bagi kalian yang sedang merintis bisnis kosmetik baik melalui toko ataupun online,” Paparnya.
“Begitulah permainan para owner setelah mengajukan tetap mendapatkan BPOM dan tetap mengikuti takaran anjuran BPOM. Namun setelah disahkan isinya langsung dirubah, jadi logikanya ya menjadi halal dan BPOM hanyalah labelnya tapi isinya tidak,” terangnya.
Dan yang perlu diketahui bahwa “Kemasan Peredaran kosmetik ilegal tersebut melanggar pasal 197 jo 106 ayat (1) Undang-Undang Kesehatan No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan dengan ancaman pidana maksimal 15 tahun atau denda paling banyak 1,5 miliar rupiah.” Jelasnya.
Seharusnya Badan POM dapat terus berperan aktif dalam berupaya memastikan Obat dan Kosmetik yang beredar di masyarakat tersebut dapat memenuhi persyaratan mutu, khasiat, dan keamanan seiring meningkatnya tren jual-beli Obat dan Kosmetik secara online. Serta melibatkan dari Dinas Kesehatan (Dinkes), serta dari Disperindag Provinsi Sulawesi Selatan, begitupun PTSP yang harus jeli dalam penertipan administrasi dalam perijinan.” Tutupnya.
Selanjutnya Iksan Mapparenta mengatakan bahwa “Kami tak habis fikir sebenarnya siapa Aktor di balik layar Malebbi Kosmetik yang membuat para oknum bungkam dibuatnya, sehingga ownernya merasa akan kebal hukum dan dari segala pemberitaan yang telah tayang.” Tuturnya.
Laporan : Media Group Poros Rakyat Indonesia
Admin : Abas Kelana